Sabtu, 06 Juli 2013

RAMADHAN MEMBAWA BERKAH

Bulan ramadhan bagiku adalah bulan yang penuh kenanganindah. Bulan Ramadhan bagiku selalu indah dan bermakna tiap tahunnya, karena disetiap bulan Ramadhan yang telah kulalui selama 4 kali ini, aku selalu bergantistatus dan kondisi yang berbeda.

Ramadhan yang pertama adalah Ramadhan sebagai pasangansuami-istri, yang baru menapaki kehidupan yang baru. Di Ramadhan yang pertamainilah, aku juga dinyatakan positif hamil, meski agak telat mengetahuinya, yahkira2 minggu kedua Bulan Ramadhan.

Ramadhan yang kedua adalah Ramadhan sebagai ibu menyusui.Begitu berat perjuangan ini antara menyusui dan berpuasa. Dengan bantuan dandorongan dari suami tercinta akhirnya aku bisa menggenapkan puasaku sebulanpenuh.

Ramadhan ketiga adalah Ramadhan sebagai wanita hamil jugadan mengasuh buah hati yang berusia 1,5 tahun. Sangat berat rasanya melaluiantara mengasuh anak di saat masa aktifnya, sedang di satu sisi kehamilan inimemerlukan istirahat yang cukup, dan di satu sisi juga aku harus berpuasa.

Ramadhan yang keempat, adalah Ramadhan sebagai wanitamenyusui anak kedua.

Namun kali ini aku akan bercerita tentang ramadhan pertama,karena begitu banyak momen indah, dan juga ketegaran hati di dalamnya.

Ramadhan pertama

Hari pertama Bulan Ramadhan aku semangat sekali menyambutnyasebagai pasangan suami istri. Aku mempersiapkan makanan sahur dan buka puasauntuk suamiku, melakukan sholat tarawih bersama, solat tahajud, membaca alqur’an,danlainnya. Diwaktu pagi suami juga tidak segan-segan membantuku melakukanpekerjaan rumah seperi menyapu,mengepel, menyuci baju, dan memasak. Rasanya akusangat beruntung menjadi istri bagi dia.

Minggu kedua, entah kenapa aku merasa mual, dan muntahsepanjang hari. Keinginan untuk buang air kecil pun juga sering, tidak sepertibiasanya. Di pagi hari aku pun tidak begitu bersemangat, dan cenderung tidursepanang hari. Iseng-iseng kubeli test pack untuk mengecek walau aku tidakterlalu berharap, ternyata, sangat mengejutkan, tiba2 aku melihat dua garis,antara percaya dan tidak percaya, padahal terakhir kali haid adalah sebelumbulan Ramadhan ini. Aku tidak tahu harus bahagia atau sedih. Jujur saja akusangat bahagia karena ternyata aku hamil, dan bisa menjadi wanita yangsempurna. Di satu sisi, aku begitu sedih, karena saat ini suamiku belummendapat pekerjaa yang pasti. Berjuta pikiran dan bayangan bagaimana melahirkandengan kondiri buruk melintas dalam pikiranku.

Pertama-tama aku tidak mau memberi tahu kabar gembira inipada suamiku, tapi pada akhirnya dia mengetahui juga. Suamiku sangat senangsekali dan menganggap ini adalah rejeki dari Allah sekaligus penyemangat diauntuk bekerja lebih giat lagi. Akupun mengutarakan kegundahan hatiku dengankenyataan yang ada. Suamiku menegurku dan mengingatkanku bahwa rejeki itu kitatidak bisa meraba-raba.
“ Mungkin kita ada di bawah sekarang, sapa tau saat anak ini lahir, kita sudahada di atas”

Itulah ungkapan yang selalu kuingat dari suamiku.

Hari berikutnya, aku tetap menjalani puasaku meski begitu berat,aku begitu berharap dan yakin bahwa rejeki ini adalah benar2 motivator untuksuamiku. Siang malam aku berdoa, memohon kepada Allah supaya rejeki inidilancarkan.

Bulan Ramadhan kali ini begitu berat bagiku. Berat karenaaku memikirkan suamiku yang belum mendapatkan pekerjaan. Berat karenamemikirkan nasib bayi di kandunganku, dan juga berat karena aku juga harusberpuasa sebulan penuh.

Selama suamiku tidak mendapat pekerjaan tetap, kamimendapatkan biaya hidup dari pinjaman sana-sini, terkadang belanja makanansehari-hari pun hanya lauk tahu-tempe, terkadang jika tidak mampu membelisayuran, kami memetik sayur katuk yang ada di pekarangan. Sebenarnya bisa sajaaku meminjam kepada saudara, tapi gengsi tinggiku ini selalu menghalangiku, disamping itu aku coba menunjukkan bahwa aku bisa mandiri.

Masih kuingat betul, saat itu kami masih tidur beralaskanselimut-selimut tebal, tidak ada kompor atau gas elpiji sehingga kami terpaksabeli makanan jadi secukupnya. Terkadang kami beli makanan jadi usai solattarawih untuk sahur nanti. Bahkan kamipun pernah hanya memegang 2 lembarribuan.

Aku menangis sedih, meluapkan semua amarah dan uneg-unegkukepada Yang Maha Kuasa, dan sambil memohon kapan semua ini akan berakhir.Setiap malam aku solat tahajud, tidak lupa membaca surah Al Waqiah, di setiapada kesempatan. Ak memohon semoga Allah swt memberikan rejekinya kepada kamidan anak kami ini.

Akhirnya di pertengahan bulan Ramadhan, tiba2 suamikumendapat kabar bahwa ia diterima kerja di salah satu vendor sepatu branded didaerah Bandung. Agak jauh memang dari tempat tinggal kami, tapi aku sangatbersyukur, setidaknya doaku dikabulkan, setidaknya kami bisa bernapas lega.

Ramadhan yang pertama kali inilah yang begitu membekas dalamingatanku diantara Ramdhan kedua,ketiga,dan keempat. Ramadhan yang pertamainilah, aku benar-benar diuji tentang kesabaran,hakikat hidup, nilai sebuahmata pencaharian, dan juga pengorbanan.

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger